Minggu, 21 April 2013

Cerita R. A. Kartini

 
Tanggal April 21 merupakan Hari Kartini. Hari Kartini Ini ditetapkan sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964, yang saat itu Indonesia dipimpin oleh Presiden Soekarno.
Nah… Kalau nggak nulis ini, aku nggak tau sejarah penetapan Hari Kartini ini gimana. Jangan Ditiru yaa…

Siapa itu Kartini? Lengkapnya Raden Ajeng Kartini atau sering disebut R.A. Kartini, beliau lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal April 21, 1879. Beliau ini merupakan salah satu Pahlawan Wanita Nasional dan R. A. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.









  
R. A. Kartini
R.A Kartini adalah seorang dari kalangan bangsawan Jawa, beliau salah satu putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Beliau adalah anak dari istri pertama yang bernama M. A. Ngasirah. Ayahnya dulunya menjabat sebagai Bupati Jepara dan Ibunya seorang guru agama di Telukawur, Jepara.

R. A. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, R. A. Kartini adalah anak perempuan tertua. Pada usia 12 tahun, R. A. Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sekolah ini beliau belajar bahasa Belanda.

Karena R. A. Kartini… Hmm… Ribet tulisnya pake R. A. di singkat aja nulisnya jadi Kartini aja ya, yang penting udah tau R. A. itu apa. Hmm… Tapi ada yang menuliskan Raden Ayu sih R. A. nya itu, mana yang bener? Baca aja deh buku sejarah dari penerbit yang dipercaya umum… :))

Sebelumnya, Kartini nggak bisa terlalu bebas keluar rumah, karena beliau sudah bisa dipingit. Dipingit? mungkin semacam sudah bisa dilamar atau apalah itu. Jadi, beliau mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari belanda, toh beliau bisa berbahasa Belanda.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Lecomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, dan beliau juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Diantaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat. Dari kegemaran beliau dari membaca buku-buku, koran dan majalah Eropa ini awal kemungkinan dari Kartini tertarik pada kemajuan berfikir perempuan eropa dan timbul keinginan beliau untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Pemikiran beliau terhadap status sosial ini bisa jadi akibat sebelumnya ayah Kartini mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Wedana ini mungkin semacam Kepala Kecamatan kali ya, karena sering disebut sebagai Pembantu Bupati. Nah… Akibat ulah Pemerintah Kolonial yang menjajah Indonesia waktu itu mengharuskan seorang bupati beristrikan bangsawan, maka ayahnya menikah lagi dengan keturunan langsung Raja Madura bernama Raden Adjeng Woerjan (Moerjam). Kenapa menikah lagi? Sebab Ibunya M. A Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi.

Kartini terkenal dengan pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Beliau ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar.

Surat-surat Kartini banyak mengungkapkan tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi terutama ke Eropa, yang diungkapkan dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya juga mendukung mewujudkan keinginan Kartini.

Perubahan-perubahan pun terjadi ketika Kartini hendak menikah dengan Adipati Rembang. Saat menjelang pernikahan, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa, beliau menjadi lebih toleran. Beliau menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra.

Perubahan pemikiran kartini seperti menyiratkan bahwa beliau sudah lebih meninggalkan egonya dan menjadi lebih mengutamakan transedensi, beliau lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya.

Kartini wafat pada tanggal September 17, 1904 di umur 25 tahun. Setelah Kartini wafat, Mr. J. H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan Kartini pada teman-temannya di Eropa. Hasil pengumpulan dan pembukuan ini akhirnya pada tahun 1911 terbitlah buku yang berjudul Door Duistemis tot Licht yang secara harfiah artinya Dari Kegelapan Menuju Cahaya. Di tahun 1922, balai pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu yang diterjemahkan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang ; Boeah Pikiran.

Namun dari hal ini semua, banyak kalangan yang meragukan kebenaran surat-surat Kartini tersebut. Dugaan diberikan kepada J. H. Abendanon yang mengumpulkan surat-surat dari Kartini dan ia menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan saat zaman itu. Kemudian, Naskah asli dari surat-surat Kartini pun tak diketahui keberadaannya dan jejak keturunan J. H. Abendanon pun sukar dilacak.

Penetapan tanggal atau penetapan hari memperingati Kartini yang sudah diputuskan pada Mei 2, 1964 dengan keputusan Presiden Indonesia ini pun banyak mengalami perdebatan dan kontroversi. Beberapa kalangan ada yang pro dan kontra dengan hari peringatan ini.

Beberapa kalangan yang kontra mengusulkan bahwa jangan hanya memperingati hari Kartini saja, namun sekaligus dengan perayaan Hari Ibu, sebab tidak hanya Kartini saja yang berjuang demi kebangkitan Bangsa Indonesia. Banyak pahlawan wanita lainnya yang tidak kalah hebat berjuangnya dengan Kartini seperti Cut Nyak Dhien yang berasal dari Aceh, dan banyak lagi lainnya. Polemik ini lah yang membuat beberapa kalangan tidak setuju akan peringatan hanya ditujukan untuk Kartini seorang.

Menurut pandangan ku juga, tidak adil jika kita hanya memperingati seorang wanita yang berjuang untuk Indonesia, akan lebih baik jika diberi hari peringatan yang mengatasnamakan seluruh wanita yang ada di Indonesia. Serta dijabarkan siapa-siapa wanita Indonesia yang berjuang lebih untuk bangsanya, dan pahlawan wanita indonesia juga tidaklah satu.

Tapi, ketetapan sudah diputuskan, aku mau komentar lebih banyak juga nggak akan merubah situasi ini, Yah… Untuk menyikapi Hari Kartini aku anggapnya sih, R. A. Kartini ini mewakili wanita-wanita Indonesia yang hingga saat ini masih terus berjuang demi bangsanya di banyak profesi. Lagipula, jangan lah sampai kita merayakannya secara berlebihan dan tetap mengingat bahwa bukan R. A. Kartini aja yang berjuang demi bangsanya.

Yah… Itu sepintas sejarah atau cerita dari R. A. Kartini yang merupakan salah satu Pahlawan Wanita Nasional yang ada di Indonesia. Terlepas dari pro kontra Hari Kartini ini, aku bangga memiliki negara yang sama dengan beliau dan teman-teman beliau yang sesama pahlawan nasional.

Selamat Hari Pahlawan Wanita Indonesia dan Terima Kasih Ibu Kita Kartini Putri Sejati :D

Referensi : R. A. Kartini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar